Rabu, 12 November 2008

Langit yang Tidak Berubah

Langit di malam hari masih tetap merupakan pemandangan yang memikat di kota-kota, kecuali di kota-kota besar dimana bintang-bintang tidak terlihat karena terselimut polusi atau tertutup cahaya lampu jalan yang menyilaukan. Sungguh menakjubkan bahwa bintang-bintang yang terlihat dari Bumi tidak banyak berubah selama 10.000 tahun terakhir. Langit di malam hari pada abad ke XX ini hampir sama dengan langit yang dilihat oleh orang-orang yang hidup ribuan tahun yang lalu. Bagi mereka yang hidup pada zaman dahulu, langit malam lebih mudah diamati karena hidup mereka tidak terlindungi dari pengaruh alam sebagaimana kehidupan kita saat ini.
Kendati banyak terjadi kemajuan teknologi pengamatan astronomi, termasuk teleskop radio yang menampilkan citra di layar komputer dan adanya teleskop yang diluncurkan ke angkasa guna mendeteksi radiasi yang tidak menembus atmosfer kita, masih ada hal-hal yang dapat diamati dan dinikmati para atronim amatir. Buku-buku dan surat kabar mencetak peta bintang sehingga pada malam-malam tertentu di sebuah tempat, setiap orang dapat melihat ke langit yang cerah untuk melihat sendiri konstelasi bintang.

MELIHAT BINTANG
Banyak misteri langit yang dapat dilihat dengan teropong yang baik. Teropong abad ke-20 ini lebih canggih dari teleskop yang digunakan Newton, Galileo, atau atronom besar lainnya untuk melihat langit.

MEMBAYANGKAN ANTARIKSA
Kini kita dapat melihat seribu kali lebih jauh ke antariksa. Pada tahun 1990 NASA meluncurkan teleskop antariksa pertama. Teleskop Hubble yang mengorbit di luar atmosfer Bumi kini dapat menghasilkan citra beresolusi tinggi dari objek-objek yang jauhnya beberapa milyar tahun cahaya. Sebagian besar waktu dihabiskan untuk membidik wilayah dekat lubang hitam dan mengukur efek gaya berat terhadap sinar bintang. Cermin dari panel surya teleskop ini pernah rusak dan berhasil diperbaiki tahun 1994 oleh astronot yang berjalan menuju teleskop dari pesawat ulang-alik.

Diambil dari 'Jendela Iptek Astronomi' terbitan Balai Pustaka Jakarta ditulis oleh Kristen Lippincott

Tidak ada komentar:

Posting Komentar